Sapardi Djoko
Siapa gerangan berani menafsirkanku
sebagai awan yang menjadi merah ketika senja?
Aku batu
Kota boleh mengembara ke langit dan laut
Aku tetap disini
Siapa tahu untuk selamanya
Dan tidak boleh tidur
Meskipun kadang-kadang memahami
diri sendiri sebagai telur
Tidak boleh menghardik pohon
yang malam-malam mengirimkan karbon
Sungguh, aku batu
yang begitu saja ditengah jalan
yang tak tampak sehabis hujan
siapa pula sampai hati
menafsirkanku sebagai langit
yang letih menggerakkan awan
dan menghirup udara jika hari hujan
dan matahari berusaha menembus rambut tebalnya?
Komentar
Posting Komentar