SENJA
Sebenarnya definisi yang tepat untuk senja itu apa?
Mentari yang meninggalkan
sang langit, ataukah sang langit yang meninggalkan demi sang rembulan?
Mungkin yang benar adalah bulan yang memisahkan keduanya.
Atau Mungkin yang salah adalah bukan pula semuanya?
Mentari bahkan selalu kembali esok hari setelah kemarin menenggelamkan diri,
seperti selalu bersedih, memaafkan meski berulang kali terlukai.
Senja selalu saja berbicara tentang perpisahan.
Bagaimana ketika ditinggalkan?
Atau bagaimana rasanya harus digantikan?
Bagaimana ketika semua mata memandang tetapi dia harus tetap bertahan?
Memang begitulah adanya, seringkali ada hiperbola rasa yang terlahir bersama
senja yang teduh.
Entah saat lelah ingin mengeluh atau meneteskan peluh.
Percaya atau tidak.
Sadar ataupun tidak.
Saya selalu merasa ada pesan yang hendak ingin disampaikan senja.
Dari pesan yang hendak ingin disampaikan senja sore ini kepada saya ialah
perihal "rela"
Senja membuat saya paham mengenai makna dari kata "rela".
Bahwa apa yang saat ini ada bersama dengan saya, tak mesti selamanya.
Semua punya masa nya masing-masing.
Tanpa diduga, tanpa pinta, masa itu akan tiba dan tidak sedikit pun dapat
menolaknya.
Siap atau tidak, saya tidak bisa mengaturnya seperti apa yang diharapkan.
Dalam hidup pasti akan bertemu satu atau dua orang bahkan lebih yang layaknya
seperti senja.
Indah, tak tergapai dan lalu hilang.
Saat dihadapkan pada sebuah pertemuan, bisa jadi saat itu pula saya harus siap
untuk kehilangan.
Memang seperti itu adanya.
Terkadang apa yang begitu dijaga dan dicintai adalah bukan takdir nya.
Dan senja membuatku paham atas semua hal itu, yang membuatku mengerti apa itu
makna dari kata "rela".
Senja yang selalu bersedia kembali meski terusir ribuan kali.
Senja menerima dan senja merelakan sang langit bersenandung dengan sang
rembulan.
Tapi apakah senja mengajarkan untuk mengeluh?
Entahlah, saya hanya tahu senja selalu tiba.
Tapi senja tak selalu bercerita tentang sedihnya berpisah.
Bukankah ada saat-saat dimana saya merasa bahwa senja begitu manis?
Bukankah ada saat-saat dimana saya merasa bahwa senja begitu teduh?
Perpisahan tak selamanya berbicara tentang kesedihan.
Ada waktu dimana terasa begitu manis. Seperti saat saya percaya, bahwa berpisah
tidak akan mampu menghancurkan rasa.
Bahwa yang pergi pasti akan kembali.
Jika kelak memang untuk diberikan kepada saya adalah sebesar-besarnya takdir
saya, pasti akan dikembalikan pada saya dengan cara yang begitu istimewa.
Jika tidak, disinilah saya belajar untuk melepaskan dan menenggelamkan segala
angan.
Komentar
Posting Komentar